Perubahan iklim di dunia kini begitu dahsyat berubah, dari permasalahan banjir sampai badai salju dan hujan es yang menewaskan warga di Australia. Ramalan badai matahari, cuaca ekstrim dan berbagai analisa kini terus ramai diperbincangkan yang berujung pada tahun 2012 nanti, jika badai matahari pada tahun 2012 sampai 3 tahun kemudian memang diprediksi oleh ilmuwan bakalan terjadi.Namun kini yang paling menakutkan adalah soal tabrakan planet X (Nibiru) dengan Bumi yang akan berlawanan rotasinya dengan planet Bumi beserta lainnya dalam mengelilingi matahari. Hal ini juga dibahas oleh TV FOX News dengan judul ' FOX News: 2012 Warning '.
Sebuah situs mengilustrasikan planet X menabrak bumi dengan daya ledak yang begitu besar, sehingga seluruh isi Bumi bakal hancur berkeping-keping. Berikut ini videonya.
Latar Belakang
Kalangan “orang dalam” di NASA, DoD
(badan inteligensi militer), SETI maupun CIA sudah memprediksikan, kalau 2/3
dari penduduk planet bumi akan punah, ketika terjadi pergantian kutub, yang
disebabkan kedatangan Planet X.
Sisa populasi yang bertahan hidup,
terancam bahaya kelaparan dan radiasi elemen, dalam jangka waktu 6 bulan
setelah kejadian ini.
Semua operasi rahasia menyadari
kenyataan ini, dan sudah menyiapkan diri mereka. Konon, Vatikan juga mengetahui
hal tersebut. Namun sayangnya, masyarakat luas dibiarkan begitu saja tanpa
informasi, dibiarkan terlena dengan kehidupan sehari-hari, tanpa punya
kesempatan untuk menyiapkan diri menghadapi bencana ini.
Ada apa sebenarnya?
Bocornya segelintir informasi dari
kalangan “orang dalam” dan para pengamat, membuat publik mulai tertarik akan
hal ini.
Kenapa bencana ini begitu dirahasiakan
dari masyarakat luas? Jika sampai membuat kegemparan global, maka akan
mempengaruhi pasar uang serta mengakibatkan lumpuhnya perekonomian dunia.
Seharusnya masyarakat luas diberikan
kesempatan untuk mempersiapkan diri. Mudah-mudahan, setelah membaca ini, kita
bisa semakin waspada ya!
Oke..saat ini, kalau kita jeli mengamati
perkembangan bencana alam, jumlah kejadian bencana alam semakin banyak.Ini
diakibatkan koneksi plasmatic elektromagnetis antar planet.
Sudah pernah dengar dong, kalau matahari
KONON memiliki kembaran yang gelap (versi gelapnya matahari). Nah, disitulah
lokasi mengorbitnya Planet X. Tepat diantara matahari dan kembarannya.
Catatan : kembaran matahari tidak
terlihat dengan mata kita.
Tapi, para ilmuwan sudah menemukannya.
Dalam “Illustrated Science & Invention Encyclopedia” volume ke 18, terbitan
tahun 1987-1989, sudah dicantumkan soal keberadaan kembaran matahari ini.
Ini sejalan dengan gagasan Rampino,
Stothers (1984) dan sang legenda : Carl Sagan (1985) yang juga berpendapat
serupa lewat Hipotesis Shiva-nya, meski perulangan itu dikatakan terjadi tiap
35 juta tahun. Dengan gagasannya Whitmire dan Matessse membayangkan tiap 30
juta tahun sekali Nemesis melintas di dekat Awan Komet Oort dan gravitasinya
membuat awan kometini sangat bergejolak hingga melepaskan ribuan kometisimal
yang selanjutnya melesat ke tata surya bagian dalam akibat kombinasi gravitasi Nemesis
dan Jupiter. Beberapa dari komet itu ‘mampir’ ke Bumi dan menimbulkan benturan
hebat yang memusnahkan kehidupan secara massal. Sayangnya, ketika satelit IRAS
(Infra Red Astronomical Satellite) diluncurkan awal 1980-an dan memetakan jagat
raya pada spektrum sinar inframerah, Nemesis ternyata tidak pernah ditemukan.
Meski Nemesis dianggap sebagai bintang
yang sangat redup, logikanya, karena masih membakar Hidrogen di terasnya, ia
tetap memancarkan sinar inframerah yang kuat sebagaimana bintang2 cebol lainnya.
Justru IRAS menemukan komet IRAS-Iraki-Alcox, komet redup yang melintas sejauh
5 juta km saja dari Bumi, komet terdekat selama ini. IRAS juga menemukan 3200
Phaethon, benda langit mirip asteroid namun menyemprotkan partikel2 dari
permukaannya dengan bentuk mirip ekor komet dan dipastikan merupakan sumber
dari hujan meteor (shower) Geminids yang terjadi tiap awal Desember. So, IRAS
juga tidak pernah menyimpulkan telah ditemukan benda langit dengan ciri2
seperti Nibiru.
Kalaupun planet nibiru itu ada, dengan
sifat2 fisik dan orbitnya, peluangnya untuk masuk ke tata surya bagian dalam
ataupun berbenturan dengan Bumi adalah nol. Meski begitu, Selebaran Kiamatini
di sisi lain sedang mengingatkan kita betapa terbukanya potensi benturan Bumi
dengan benda2 langit dari Awan Komet Oort maupun Sabuk Kuiper (baca : komet),
meski Bumi sudah ditamengi Jupiter dan Bulan. Merujuk betapa banyaknya jejak
kawah tumbukan di wajah Bulan, Barbara Cohen dan David Kring (2002)
menyimpulkan Bumi pernah dihajar jutaan bolide sekitar 2,8 milyar tahun
silampada peristiwa Late Heavy Bombardment. Hajaran itu membentuk sedikitnya
22.000 kawah tumbukan berdiameter lebih dari 20 km, dengan 40 kawah diantaranya
benar2 berukuran raksasa dan layak disebut basin, mengingat diameternya lebih
dari 1.000 km. Kini tak satupun darikawah2 itu yang tersisa, mengingat aktifnya
dinamika permukaan Bumi oleh proses erosi dan gerakan lempeng2 tektonik.
Dua kawah tertua yang ada, masing2
Vredefort (Afrika Selatan, diameter 300 km) dan Sudbury (Canada, diameter 250
km) berasal dari masa yang lebih muda (2 milyar tahun silam). Andai hipotesis
Shiva benar, jika kita menghitung balik dari dua peristiwa tumbukan benda
langit terdahsyat terakhir, yakni peristiwa 65 juta tahun silam (musnahnya
Dinosaurus, ditandai dengan terbentuknya Kawah raksasa Chicxulub) dan 35 juta
tahun silam (terbentuknya Kawah Popigai di Russia, diameter 100 km, dan Kawah
Chesapeake Bay di New YorkCity, diameter 95 km), nampaknya siklus bencana 30-35
juta tahun akan terulang lagi di masa kini, periode dimana manusia hidup.
Berkait tumbukan ini, menarik sekali bahwa di region Asia Tenggara, sebagian
Australia, Taiwan, China dan P. Madagaskar, bahkan ada juga yang mengatakan
hinggake Eropa Tengah dan Texas, telah ditemukan tektit, yakni butir2 batuan
beku khas produk tumbukan benda langit. Di Indonesia tektit ini bisa ditemukan
di Jawa (terutama di Sangiran), Belitung, Kalimantan dan Ambon. Tektit yang
disebut tektit austral-asia ini terjepit di sedimen berumur pleistosen tengah
atau dari masa 0,77 juta tahun silam.
Di dalam tektit ini ditemukan pula
mineral coesite, sejenis kuarsa yang termetamorfosis oleh tekanan luar biasa
besar (200ribu ton per meter persegi !), yang secara alami hanya diproduksi
oleh tumbukan benda langit. Jelas bahwa sebaran tektit austral-asia berasal
dari tumbukan benda langit pada 0,77 juta tahun silam. Melihat betapa luas
sebarannya, Edward Chao – yang bersama empat serangkai : Eugene Shoemaker
(alm), Nicholas M. Short, B.M. French dan W von Engelhardt menjadi pionir
penyelidikan dan pembuktian tumbukan benda langit di dekade 1960an – menyebut
tektit itu bisa disamakan dengan sebaran global lempung hitam tipis yang
terjepit di antara sedimen zaman Kapur danTersier. Lempung hitam ini jadi
demikian populer karena amat kaya dengan iridium dan jadi salah satu penanda
terjadinya tumbukan dahsyat 65 juta tahun silam, yang membentuk Kawah raksasa
Chicxulub sembari mengiamatkan 75 % populasi makhluk hidup saat itu. Maka skala
tumbukan yang membentuk tektit austral-asiapun menyamai dahsyatnya pembentukan
Kawah Chicxulub.
Hampir semua paper yang mengupas genesis
tektitaustral-asia menyebut kawasan Asia Tenggara merupakan titik permukaan
Bumi yang dihantam bolide pada 0,77 juta tahun silam itu. Menariknya, survey di
Laut Cina Selatan selama 1 dekade (1989 – 1999) menggunakan satelit GEOSAT dan
SEASAT berhasil mendeteksi sebuah struktur sirkular raksasa berdiameter 100 km
di 13° 36′ LU 110° 30′ BT. Meski belum diteliti lebih lanjut (karena untuk itu
perlu dibor dan dicek tipe batuannya) diduga kuat inilah kawah raksasa itu.
Satu hal yang harus diingat, meski (anggaplah) tumbukan versi hipotesis Shiva
itu sudah terjadi 0,77 juta tahun silam, dalam sejarahnya jarang sekali
dijumpai tumbukan benda langit (terutama yang membentuk kawah2 raksasa) dari
bolide tunggal, kebanyakan dihasilkan oleh beragam bolide yang datang secara
berentetan selama 1-2 juta tahun (rentang waktu yang tergolong pendek dalam
skala waktu geologi). Pola khas ini nampak dari terbentuknya kawah Chicxulub
yang segera diikuti dengan pembentukan 7 buah kawah tumbukan lain, masing2
Eagle Butte (Canada), Gusev (Russia), Belize (Meksiko), Alvaro Obregon
(Meksiko), Haiti (Laut Karibia), Silverpit (lepas pantai Inggris) dan sau kawah
tak bernama di dasar Samudera Pasifik.
Begitu pula terbentuknya Popigai, yang
langsung disusul dengan munculnya kawah Chesapeake Bay (AS) dan struktur Fohn
di celah Timor. Dan kawah di Laut Cina Selatan ini ? Memang sebelumnya telah
terbentuk kawah Zhamanshin (Kazakhstan, diameter 14 km, 0,9 juta tahun silam),
Bosumtwi (Ghana, diameter 10,5 km, 1,1 juta tahun silam), Eltanin (Laut
Bellingshausen, diameter 40 km, 2,15 juta tahun silam) dan Kara-Kul
(Tajikistan, diameter 50 km, 3 juta tahun silam). Namun kita tidak pernah tahu
apakah kawah di Laut Cina Selatan tadi merupakan “penutup” rangkaian tumbukan
itu atau hanya bagian dari sejarah mencekam yang sedang bergulir sampai detik
ini.
Melihat Planet X
Hanya teleskop terbesar (yang dijaga
ketat) bisa digunakan untuk melihat Planet X. Sejumlah observatorium kecil di
dunia mencatat keberhasilan melihat Planet X di awal tahun 2001.
Dr.Harrington, rekan sejawat dari
Ilmuwan dan arkeolog Zecharia Sitchin, yang pertama meyakini keberadaan NIBIRU
atau Planet X berdasarkan catatan kuno orang Sumeria, meninggal mendadak akibat
kecelakaan. Diduga ini disebabkan keberanian Harrington mengekspos penemuan
planet ke 10 yang dikenal dengan nama Planet X ini, guna melengkapi teori
Sitchin.
Sejak peristiwa ini, para ilmuwan
memilih tutup mulut dan tak mau bicara banyak soal Planet X dan aktivitasnya.
Saat Zecharia Sitchin menerbitkan buku
yang didasari tulisan terjemahan bangsa Sumeria Kuno, Sitchin menyatakan ada 12
planet di tata surya kita. Saat buku diterbitkan (tahun 1970an), Teori Sitchin
ditertawakan. Tapi, saat satu persatu temuan ilmuwan membuktikan bahwa Teori
Sitchin benar…, statement Sitchin mulai diawasi ketat.
Dalam bukunya, “The 12th Planet”, Sitchin menulis tentang legenda “Komet
Kiamat” atau “Nemesis” yang muncul secara periodic dan menciptakan kehancuran.